UMAT ISLAM MESTI TABAH MENGHADAPI UJIAN
أللهُ أكبر (9x).. لآإله إلاَّاللهُ
واللهُ أكبرُ أللهُ أكبرولِلَّهِ الحمد. ألحمدُلله كثيرً وسبحان اللهِ بكرَةً
وأَصيلاً. لآإله إلاَّاللهُ واحدهُ صدقَ وعدهُ للهُ ونصر عبدهُ
وأعزَّجندَهُ وهَزَمَ اْلأحْزَابَ وحدَهُ. لاإِلَه إلاَّاللهُ ولآنعبدُ
إلاَّإيَّاهُ مُخلصينَ لهُ الدِّينَ ولوكرهَ الْكَافرونَ.
أشْهدُ أنْ لآإِله إلاَّالله
وحدَهُ لآشَريك له، و أشْهدُ أنَّ محمَّدًا عبدُهُ ورسولهُ وحبيبهُ وخليلُهُ.
أللهمَّ صلِّ وسَلِّم وبارك عليهِ و على آله وصَحْبِهِ وَمَنِ اتَّبَعَ هُدَاهُ,
بِرَحْمَتِكَ يَا أرْحمَ الرَّاحمينَ.
يَأًيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اِتَّقُوا
اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ ... أللهُ أكبرولِلَّهِ الحمد.
Taqarrub, mendekatkan diri kepada Allah
ALHAMDULILLAH, hari raya Idul Adhha tahun 1435 H telah dapat kita
rayakan pada hari ini. Kita menyambut hari ini dengan Shalat ’Iedul Adh-ha, mensyukuri
nikmat NYA. Setelah ini kita iringi dengan ibadah qurban. Untuk taqarrub ila
Allah yakni mendekat diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Pada hari kemarin, tanggal 9 bulan Dzulhijjah (di bulan
keduabelas) tahun 1435 H ini, sebagaimana setiap tahun telah terjadi, berjuta umat
Islam telah berkumpul di Padang Arafah. Melaksanakan wuquf. Berhenti dan
tafakur. Mengingati Allah. Memohonkan keampunan. Di tengah padang luas
beratapkan langit. Di bawah terik sinar mentari atau sejuknya semilir angin
padang pasir.
Semenjak dzuhur, hingga menjelang terbenam matahari. Beratus suku
bangsa dari seluruh pelosok dunia. Berhimpun disana. Berbagai warna kulit dan
langgam bahasa. Semua berpakaian sama. Tiada bedanya. Sepasang pakaian ihram. Membalut
badan. Sehelai selempang. Terbuka bahu sebelah kanan. Sehelai lagi menjadi
sarung. Penutup aurat. Tiada berjahit. Semua berwarna putih. Tiada lagi ada beda
pangkat atau jabatan.
Raja raja meninggalkan tanda kehormatan yang tersemat di dada.
Semua mahkota ditanggalkan. Semua kepala terbuka. Tanpa penutup. Hanya
perempuan yang memakai jilbab. Tanpa cadar penutup muka. Tidak ada beda antara
raja dan rakyat jelata. Semua sama.
إِنَّ
أَكرَمَكُمْ عِندَاللهِ أتقَاكُم, إنَّ اللهَ علِيمٌ خَبيرٌ
Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al Hujurat 13)
Allahu Akbar
Wa lillahil hamd.
Tawakkal, berlindung dengan
teguh hanya kepada Allah
Inilah didikan
Allah dengan aqidah agama Islam. Menjadi karakter umat dalam setiap ibadahnya.
Amat jelas nyata di dalam ibadah haji.
Semua amalan
manasik punya latar belakang sejarah. Misalnya ketika melakukan Sa’i antara
bukit Safa dan Marwa. Diingatkan betapa teguhnya hati Siti Hajar. Mengasuh dan
memelihara putranya Ismail. Ketika masih mengandung dan telah dekat saat
melahirkan, tibatiba Ibrahim suaminya, meninggalkan istrinya, dan anak yang
masih dalam kandungan itu. Pada sebuah lembah. Tiada tumbuhan sama sekali. Dia
ditinggalkan. Hanya dengan segeribah (sekantong) air. Mulanya dengan air
mata berlinang. Siti Hajar menahan suaminya. Karena merasa takut dan cemas. Ditinggal
sendiri dalam beban yang berat pula. Tetapi Ibrahim suaminya, tidak dapat
ditahan. Dia terus hendak pergi berjalan. Akhirnya si isteri bertanya.
آللهُ آمُرُكَ بِهَذَا
“ Allahkah yang
menyuruh engkau berbuat begini ..”
Yakni meningalkan isteri
yang sedang mengandung. Di tempat sepi begini. Ibrahim mengangguk. Lalu Siti
Hajar berkata; “Kalau memang Tuhan yang
memerintahkan engkau meninggalkan aku seorang diri di sini. Pastilah Tuhan akan
menjamin keselamatanku tinggal sendirian. Di sini. Sebab itu pergilah..”
Sebuah asas pendidikan
karakter mukmin mengajarkan “Sabar” yang intinya adalah “ketaatan”.
Kepatuhan kepada Allah Azza wa Jalla.
Keyakinan, bahwa
perlindungan hanya ada di tangan Allah semata.
فَأَقِمْ
وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لآ
تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ
النَّاسِ لآ يَعْلَمُونَ
Artinya,
“Maka tegakkan wajahmu (berjuanglah) untuk agama yang hanif ini. Inilah agama
fitrah, yang Allah telah ciptakan manusia selaras dengannya. Tidak ada
perubahan dalam penciptaan Allah. Itulah agama (yang jadi pegangan hidup)
kekal bernilai. Walau pun kebanyakan manusia tidak mau mengerti” (QS.ar
Rum : 30)
Allahu Akbar Wa lillahil hamd.
Keberuntungan
bagi orang yang bertakwa
Tidak lama setelah Ibrahim pergi, Siti
Hajar melahirkan anak laki-laki. Terkenal dengan nama Ismail. Anak yang diberi nama
oleh Allah. Lantaran makbulnya doa Ibrahim yang bersungguh sungguh.
وقال إني
ذاهب إلى ربي سيهدين.. رب هب لي من الصالحـين .. فبشرناهُ بغلامٍ حليــمٍ
“ dan Ibrahim berkata: "Sesungguhnya aku pergi menghadap
kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Ya Tuhanku, anugerahkanlah
kepadaku (seorang anak) yang termasuk
orang-orang yang saleh. Maka Kami beri
Dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar (lapang
dadanya, yakni Ismail AS)..” (QS.37, Ash-Shaffat : 99-101).
Tidak lama setelah anak itu lahir, persediaan
air habis. Air susu makin kering. Anak kecil yang baru lahir makin kehausan.
Dengan perasaan tawakkal kepada
Allah Yang Maha Kuasa dimulainya berjalan. Mencari air. Dari bukit Shafa
diteruskan ke bukit Marwah. Kadang kadang dia berjalan cepat. Kadang kadang
tertegun. Sambil berharap kepada Allah Subhanahu. Dilihatnya ada burung besar terbang
di udara. Mengibas ngibaskan sayap. Mendekati anaknya. Seakan hendak menyambar
anaknya. Secepatnya Siti Hajar mengejar anaknya. Secepat itu pula burung tadi
terbang mendekati Ismail.
Burung itulah yang lebih dahulu hinggap.
Bukannya hendak menyambar Ismail. Tetapi mengais ngais tanah diunjuran kaki
Ismail. Dari tanah yang digali itu muncul air yang jernih. Siti Hajar berlari
mengumpulkan air yang telah membusat keluar. Sambil berkata zam-zam! (berkumpul,
jangan mengalir).
Subhanallah wal hamdulillah Allahu Akbar wa lillahil hamd.
Menggenanglah air itu disana. Kemudian menjadi sumur yang sampai kini
disebut Zam-Zam, sejak lahirnya Nabi Ismail sekitar 2000 tahun sebelum Isa ibni
Maryam. Hingga kini sudah lebih dari 5000 tahun berlalu. Ratusan juta manusia
telah menziarahi Masjidil Haram. Menyauk dan mereguk air zam zam ini. Bahkan
sekarang telah dibuat pipa sampai ke kota Madinah. Berpuluh juta liter air zam
zam diangkut keluar tanah Haram ketika haji dan umroh setiap tahun. Karena
meminumnya adalah sunat. Bahkan air zam zam dapat pula menjadi obat.
مَـا ءُ زَمْزَمَ لِمَـا
شُرِبَ لَهُ
“ air zam zam itu diminum menurut niat orang yang meminumnya”.
Hingga kiamat sumur itu tidak akan kering. Bukti
kekuasaan Allah.
Allahu Akbar Wa lillahil hamd.
Lebih mendalam dapat dipahami bahwa amalan
Sa’i antara bukit Shafa dan Marwah adalah bukti betapa besar pengaruh tawakkal kepada Allah, menumbuhkan
semangat hidup yang tidak pernah pernah mengenal putus asa dari lindungan Allah
Azza wa Jalla.
وَ
مَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا ... وَ يَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ
يَحْتَسِبُ ... وَ مَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللهَ
بَالِغُ أَمْرِهِ، قَدْ جَعَلَ اللهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
“ Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah
akan mencukupkan (keperluan) nya.
Sesungguh nya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki) Nya.
Sesungguh nya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS.65, Ath-Thalaq :2-3)
Karena itu
ingatlah selalu, meskipun belum kentara oleh mata sesuatu yang diharapkan, yakinlah
bahwa nikmat pertolongan Allah itu pasti datang segera. Akan titik dari langit
dan membusat dari bumi. Beruntung orang yang bertakwa. Berbahagia orang bertawakkal,
berserah diri kepada Allah. Hidup didunia memerlukan
sikap teguh dan berpantang menyerah. Setiap insan Muslim di ajar untuk selalu
hidup dalam sikap optimistis yang tinggi dengan menjaga taqwanya kepada Allah
Azza wa Jalla
وَلَوْ أَنَّ
أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوْا وَ اتَّقُوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ
السَّمَاءِ وَ اْلأَرْضِ
“Jikalau
penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi”.( QS.7, al
A’raf : 96).
Allahu
Akbar wa Lillahil hamd.
Ujian kesabaran dan ketaatan
Mengerjakan
haji ada satu rukun. Melontar tiga jumrah, yakni Jumratul Aqabah, Jumratul Ula
dan Jumratul Wustha, sesuai latar belakang sejarah dalam Surat Ash-Shaffat ayat
102 - 107 ;
فلَمَّآ بلغَ مَعَهُ السَّعْيَ قال يآبُنَيَّ إنى أرى في المنامِ
أَنِّي أذبحُكَ .., فآنْظُرْ ماذَا تَرَى
Artinya ; “ .. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah, apa pendapatmu!"
قال يَآأبَتِى إفْعَلْ مَآ تُؤْمَرُ ... سَتَجِدُنِي إنْشَآءاللهُ
من الصَّآبِرِيْـنَ
ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah akan engkau dapati aku termasuk orang-orang
yang sabar".
فَلَـَّمآ أَسْلَمَآ وَتَلَّهُو لِلْجَبِـيْنِ وَنَادَيْنَآهُ أَنْ
يَإِبْرَهِـيْمُ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَآ ...
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim
membaringkan anaknya atas pelipisnya (nyatalah kesabaran kedua nya). Dan Kami panggillah dia:
"Hai Ibrahim, Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu.
Sudah
nyata kesabaran dan ketaatan Ibrahim dan Ismail. Maka Allah melarang
menyembelih Ismail. Allah mengganti dengan seekor sembelihan (kambing).
Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkan Qurban. Dilakukan pada setiap hari
raya haji atau idul Qurban.
إنآكَذَالِكَ نَجْزِى ألْمُحْسِنِـيْنَ ... إنَّ هذا لَهُوَالْبَلآ
ؤُا الْمُبِينَ , وفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
Sesungguhnya, demikianlah Kami memberi balasan
kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian
yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar .. “.
وتَرَكْنَـا عَلَيْهِ فِى أْلآخِرِيْنَ ... سَلآمٌ على
إِبْرَاهـِـيْمَ , إنآكَذَالِكَ نَجْزِى
ألْمُحْسِنِـيْنَ ...
“ Kami
abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang
Kemudian, (yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim". Demikianlah
Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
(QS.Ash.Shaffat :108-110).
Kami tinggalkan kisah nyata ini sebagai peringatan untuk orang
lain. Yang datang kemudian. Ibrahim berhasil dalam melaksanakan perintah Allah walaupun
setiap saat tetap digoda Syaithan. Hingga sampai ketempat penyembelihan. Tidak
berhenti godaan datang. Bagaimana jadinya anak tercinta yang dianugerahkan
dikala usia telah tua. Akan disembelih oleh tangan sendiri. Bisikan inilah yang
digodakan syaithan kepada Ibrahim. Tiga kali Ibrahim digoda tiga kali pula dia
lontar syaithan itu. Hingga dia berhasil tunaikan perintah Allah dengan
tawakkal.
Allahu Akbar wa Lillahil-hamd.
Ujian Musibah
dan Nikmat Allah selalu datang beriringan
Kesabaran diperdapat melalui ujian menahan diri. "Dan sesungguhnya Kami akan mengujimu dengan sesuatu
cobaan, seperti ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah‑buahan.
Gembirakanlah orang‑orang yang sabar,
الَّذِيْنَ إِذَا
أَصَابَتْهُمْ مُصِيْبَةٌ قَالُوْا إِنَّا ِللهِ وَ إِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ
yaitu orang‑orang yang bila ditimpa malapetaka, musibah,
diucapkannya "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un".
أُوْلَئِكَ عَلَيْهِمْ
صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَ رَحْمَةٌ وَ أُلَئِكَ هُمُ اْلمُهْتَدُوْنَ
Merekalah orang‑orang yang mendapat berkat dan rahmat dari
Tuhannya, dan mereka pulalah orang‑orang yang mendapat petunjuk." (QS.2,Al‑Baqarah,ayat 155‑157).
Musibah
adalah sisi lain dari nikmat. Nikmat dan musibah dua hal yang silih berganti
dalam hidup. Dalam musibah terkandung peringatan agar kembali kedalam genggaman
Allah Yang Maha Kuasa, karena musibah
adalah pertanda kasih sayang Allah, bahwa ;
إن ألله إذآ أحب قوم إبتلاهم
“apabila Allah
menyayangi suatu kaum, di datangkan kepada mereka cobaan-cobaan”.
Menghadapi
musibah sewajarnya manusia menjadi tabah dan meningkatkan syukur kepada Allah,
agar nikmat berlipat ganda sesudah itu.
وَ إِذْ تَأَذَّنَ رَبَّكُمْ
لَئِنْ شَكَرْتُمْ َلأَزِيْدَنَّكُمْ وَ لَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي
لَشَدِيْدٌ
“Dan ingatlah, tatkala Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya apabila
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat Kami kepadamu, dan jika kamu
mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. 14, Ibrahim : 7.)
Musibah
adalah imtihan dalam kehidupan. Di balik ujian, tersedia yang lebih baik
dari sebelumnya.
عَسَى أَنْ تَكْرَهُوْا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَ عَسَى
أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئًا وَ هُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَ اللهُ يَعْلَمُ وَ أَنْتُمْ لاَ
تَعْلَمُوْنَ.
Boleh jadi kamu membenci
sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai
sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui.” (QS.2,
Al-Baqarah : 216.).
Allahi Akbar wa Lillahil hamd.
Dibalik
Musibah selalu menanti Hikmah rezeki yang besar
Hakekatnya, dibalik musibah
tersimpan hikmah besar. Begitulah hingga saat ini. Tiap
kali kita ingin berkurban. Memberikan apa yang mahal dalam ingatan kita.
Pikiran selalu diganggu. Was was timbul di dalam hati. Syaithan ingin
mendominasi. Semua itu harus kita atasi. Dengan mengharap redha Ilahi.
Maka ibadah Qurban mengandung
makna amat dalam. Siap melaksanakan
perintah Allah dengan jujur dan taat. Setia menunaikan semua aturan Tuhan.
Teguh (istiqamah) selalu berbuat baik
(al-khair) sesuai bimbingan Nabi
Muhammad SAW.
يَأَيُّهَا
الَّذِيْنَ آمَنُوْا ارْكَعُوْا و اسْجُدُوْا و اعْبُدُوْا رَبَّكُمْ وافْعَلُوا
الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Artinya, “Wahai orang yang
beriman, rukuklah dan sujudlah (artinya patuh, taat, setia kepada aturan
Allah), dan sembahlah tuhanmu, dan lakukanlah al-khair,(artinya yang baik,
sesuai dengan ajaran dan syariat Islam), agar kamu berjaya menang” (QS.22, al Hajj : 77).
Ibadah erat kaitannya dengan akidah Islam disebut tauhid ibadah
menjadi dasar ibadah sesuai ketentuan Allah menurut Sunah
Rasulullah yang dikerjakan meng- harap redha Allah sebagai pembuktian syahadah
secara jujur. Saling membantu dan peduli sesama dengan menanamkan sikap saling
menghormati. Suka memaafkan. Menjaga kesatuan dan persatuan dengan satu perasaan. Kerukunan akan dijalin karena
cinta kepada bangsa dan tanah air yang telah kita dirikan dengan darah dan air
mata. Mengharap redha Allah sebagai bukti ketakwaan kita kepada Allah. Menjadi
modal besar untuk membangun kehidupan bahagia masa depan.
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَد
Artinya, Wahai orang yang beriman, hendaklah
kamu bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah setiap diri merenungkan apa yang
telah dilakukannya untuk hari esok (hari akhiratnya) (QS.al Hasyr : 18).
Allahu Akbar wa lillahil
hamd.
Akhlak mulia tumbuh
dengan latihan kesabaran
Keutamaan risalah dakwah
para Nabi menerapkan konsep tata laku yang baik guna membentuk kenyamanan
hidup. Makin mulia akhlak yang dimiliki semakin damai hidup dibumi. Rasulullah SAW menyebutkan ciri perangai mukminin itu adalah
lembut dan menyenangkan. Sesuai sabda Beliau,
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنِ
إِيْمَانا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، اَلْمُوَطِؤُّوْنَ أَكْنَافًا، الذِين
يَألَّفُوْن و يُؤْلَفُوْنَ (رواه
الطبراني و أبو نعيم)
Artinya, “Iman
orang-orang mukmin yang paling sempurna adalah yang paling baik akhlaknya,
lembut perangainya, bersikap ramah dan disukai pergaulannya” (HR.Thabrani).[1]
Kelembutan
hanya dipunyai oleh insan sabar yang tumbuh dengan kepedulian dan saling
menyayangi,
مَنْ
لاَ يَرْحَمُ النَّاسَ، لاَ يَرْحَمُهُ اللهُ (متفق عليه)
”Barangsiapa yang tidak menyayangi sesama manusia, maka Allah
tidak akan menyayanginya” (HR.Muttafaq
‘alaihi)[2]
Allahu Akbar wa Lillahil hamd.
Islam
adalah agama yang mewajibkan kita beramar
ma’ruf bernahyi munkar. Mewajibkan kita menyeru dan mengajak berbuat yang
baik. Melarang dari berbuat jahat. Dasar hidup muslim adalah Tauhid.
Menyerahkan segenap kepercayaan kepada Allah Azza wa Jalla. Kepercayaan ini
menempatkan takut hanyalah kepada Dia. Sehingga terasa tanggung jawab besar
dalam menegakkan kebenaran dan menolak segala perbuatan munkar.
“Barangsiapa
diantara kamu ada melihat sesuatu perbuatan yang munkar, hendaklah tegur dengan
tangannya. Jika tidak sanggup menegur dengan tangan, hendaklah tegur dengan
lidahnya dan jika tidak sanggup pula menegur dengan lidah, hendaklah dengan
hati. Tetapi dengan hati itu adalah yang selemah lemah iman.”.
Hilang
keberanian menegur dan menyatakan suatu perbuatan itu salah. Inilah yang
terjadi kini. Tidak berani karena lidah sudah terhimpit. Tinggal hanya mengeluh
dalam hati. Inilah iman yang lemah. Kalimat Tauhid tidak berdaulat lagi dalam
hati. Bahkan umat muslimin yang jumlahnya banyak makin terjauh dari nilai nilai
Islam yang luhur. Maka tiada lain upaya yang tersisa adalah kembali “menegakkan Iman” dari diri dan keluarga
serta lingkungan agar kemulian Muslim tidak hilang dari negeri ini.
Tidak ada satu perjuangan yang tidak
menghadapi kesukaran. Tidak ada seorang Nabi dan Rasul pun yang tidak menempuh
penderitaan. Namun tujuan mereka tidak pernah berubah karena penderitaan itu.
Percaya kepada Allah dan beriman kepada Nya adalah pangkal segala nur dan
kekuatan.
“ Allah semata
pelindung bagi orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan
(kekafiran)
kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-nya ialah
syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran).
Mereka itu adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.” (QS.AlBaqarah:257).
Kekuatan
Allah muthlak melebihi kekuasaan alam. Kekuasaan manusia amat terbatas. Rencana
manusia dapat digagalkan oleh rencana Allah. Perhatikanlah kekuasaan Firaun
dihadapi Musa tidak dengan senjata Kejatuhan Firaun karena tenggelam di tengah
laut. Kejadian itu semata karena kekuasaan Allah Azza wa Jalla. Inilah rahasia
doa Rasulullah Saw ketika berada dalam penganiayaan manusia di Thaif.“Ya Tuhanku,
saya ini lemah, maka kuatkanlah; Saya ini rendah maka muliakanlah; Saya ini
miskin, maka kayakanlah saya.”
Allahu Akbar wa lillahil
hamd.
Hendaklah kita memperkuat iman dan keyakinan
kita akan kekuasaan Allah Yang Maha Kaya. Jihad adalah kerja keras memperdalam
iman, memperteguh keyakinan. Imam Ibnu Taiymiyah didalam Kitab Zaadul Ma’ad membagi jihad kepada
empat perkara. Jihad yang paling ringan, adalah menghadapi musuh di medan
perang. Jihad yang lebih besar menghadapi orang munafik. Jihad
ketiga lebih besar lagi ialah melawan setan iblis yang hendak
membelokkan jalan hidup kepada yang salah. Dan
jihad yang paling dahsyat ialah melawan diri sendiri. Memerangi kehendak nafsu.
Memerangi sifat pengecut dan pemalas. Memerangi loba tamak dan sikap menipu
yang melahirkan korupsi. Kita wajib menentangnya. Agar
pergaulan hidup selamat. Agar Negara kita aman sejahtera. Maka kalau tauhid
telah pecah, harga diri kita tidak ada lagi.
Allahu Akbar wa Lillahil hamd.
Orang Islam punya kesadaran
penuh dengan agamanya. Mendalam kesadaran tauhidnya. Tidak enggan melawan nafsu
syaithaniyah yang bersemayam dalam dirinya. Orang bertauhid tetap tegak pada
pendirian yang benar atas dasar Laa ilaaha Illa Allah. Tidak ada yang
ditakuti melainkan hanya Allah.
Allahu Akbar wa lillahil hamd.
Sayangi
penduduk bumi agar yang dilangit ikut menyayangi
Satu‑satunya benteng menghadapi perubahan adalah mengamalkan
ajaran tauhid dan berupaya menjadi penyayang
sesama umat.
الرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ، اِرْحَمُوْا مَنْ فِي
الأَرْضِ يَرْحَمْكُمُ اللهُ مَنْ فِى السَّمَاءِ (رواه أبوداود)
“Orang-orang
penyayang itu disayang oleh Yang Maha Penyayang – Allah Rabb al ‘alamien --.
Sayangilah penduduk bumi, maka kalian
akan disayangi oleh penghuni langit.” (HR.Abu
Dawud).[3]
Sabar adalah kekayaan jiwa yang sadar ditangan Allah ada sumber
kekuatan.
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرْضِ، إِنَّمَا الْغِنَى غِنَى
النَّفْسِ (متفق عليه)
Artinya, “Kekayaan
itu bukanlah dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan itu adalah kaya
jiwa” (HR.Muttafaq ‘alaihi).[4]
Kaya jiwa mematuhi semua perintah Allah dengan senang hati adalah
hakekat sabar yang benar. Setiap musibah bila mampu di hadapi dengan benar akan
mencerdaskan dan menghidupkan fikiran. Menggerak kan tenaga. Berbuat yang di
redhai Allah. Firman Allah menunjukkan Nabi Ya’kub AS. mengajari anaknya yang pergi
mencari berita tentang Yusuf dan saudaranya dengan bekal kesabaran dan
teguh hati.
وَلاَ تَايْئَسُوا مِنْ رَوْحِ اللهِ إِنَّهُ لاِ يَايْئَسُ مِنْ
رَوْحِ اللهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْكَافِرُوْنَ.
“ dan jangan kamu berputus asa dari rahmat
Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang
yang kafir” (QS.12,
Yusuf:87).
Allahu Akbar wa lillahil hamd.
Hari ini perintah Allah itu kita
sempumakan dengan melakukan amal horizontal sesama manusia (Hablun
Minannas) dengan membagikan daging
kurban kepada sesama ummat yang juga berperan sebagai pengikat silaturahim.
Mustahil keimanan dan ketaqwaan dapat dicapai jikalau urusan kita sesama
manusia belum beres. Bagaimana mungkin kita dapat dikatakan termasuk
orang-orang yang bertaqwa bila dalam hati masih dihinggapi berbagai penyakit
hati. Tiada yang kita harapkan selain derajat
taqwa yang dijanjikan Allah bagi hamba-Nya yang mau menggapainya. Sesungguhnya
orang yang bertaqwalah yang paling mulia disisi Rabbul ‘Izzah, Allah SWT.
Allahu Akbar wa lillahil hamd.
اللٌه أكبر اللٌه أكبر اللٌه أكبر اللٌه أكبر اللٌه أكبر اللٌه
أكبر, اللٌه أكبرولله الحمد، اللٌه أكبركبيرًا والحمد لله كثيرًا وسبحان الله بكرةً وأصيلآ.
وَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنَ. وَ أَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدِنَا ونَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ
خَاتَمُ النَّبِيِّيْنَ.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلىَ هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ،
وَ عَلىَ آله وَصَحَابَتِهِ. وَ أَحْيِنَا اللَّهُمَّ عَلىَ سُنَّتِهِ، وَ أَمِتْنَا
عَلَى مِلَّتِهِ، وَ احْشُرْنَا فيِ زُمْرَتـِهِ، مَعَ الَّذِيْنَ أَنـْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَ الصِّدِّيْقِيْنَ وَ الشُّهَدَاءِ وَ الصَّالِحِيْنَ وَ حَسُنَ
أُولَئِكَ رَفِيْقًا. وَ رَضِيَ اللهُ عَمَّنْ دَعَا بِدَعْوَتِهِ وَ اهْتَدَى بِسُنَّتِهِ، وِ
جَاهَدَ جِهَادَهُ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ .
أَمَّا بَعْدُ، يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اذْكُرُوا
اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
Itulah
Khutbah yang dapat saya berikan pada hari yang berbahagia ini. Terutama saya
tujukan kepada diri saya sendiri dan kepada saudara saudaraku kaum muslimin
semoga tetap menjadi orang bertauhid yang selalu berdiri pada kebenaran,
walaupun dia akan tinggal sendirian. Orang bertauhid akan tetap saja berani
mengatakan yang benar itu benar, dan menyatakan yang salah itu adalah salah.
Walau senjata yang ada padanya hanyalah lidah dengan kekuatan Iman. Orang
bertauhid hidup terus, walau telah hancur tulang belulangnya dalam tanah.
Sedang orang musyrik telah
mati, walau tampaknya dia berjalan berkeliaran di atas tanah.
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ … لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ …
كَلآ إِنَّهَا كَلِمَةٌ
هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“(Demikianlah
keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang
dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), Agar aku berbuat amal yang shaleh terhadap
yang telah aku tinggalkan.”
Sekali-kali
tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan
mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (Q.S. Al ’Mukminum: 99-100)
Marilah kita bersama tumbuhkan saling pengertian.
Memupuk kegemaran berkurban. Saling membantu. Menanamkan sikap saling
menghormati. Suka memaafkan. Menjaga kesatuan dan persatuan. Saling pengertian
mudah tumbuh bila dikokohkan oleh satu perasaan. Mengharap redha Allah.
فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ إِنِّي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ مُبِينٌ
“Maka segeralah kembali
kepada (menaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata
dan Allah untukmu.” (Q.S. Adz Zariyat : 50)
Kerukunan
akan dijalin karena cinta kepada bangsa dan tanah air yang telah kita dirikan
dengan darah dan air mata ini.
إِنَّ
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ
“Sesungguhnya orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.”
(Q.S. Al Bayyinah:
7).
Rasulullah SAW berpesan kepada melalui
hadits :
إياكم والظن فإن الظن أكذب الحديث ولا تجسسوا ولا تنافسوا ولا
تحاسدوا ولا تباغضوا ولا تدابروا وكونوا عباد الله إخوانا
“Jauhilah
oleh kalian akan dzan (prasangka), karena prasangka
itu adalah dusta yang amat besar. Janganlah kalian mencari kesalahan orang
lain, jangan pula mencari-cari aib (keburukan) orang lain, janganlah pula
kalian bersaing (dengan tidak sehat), janganlah kalian saling iri dan dengki,
jangan saling benci, jangan saling bermusuhan, dan jadilah hamba-hamba Allah
yang bersaudara.” (H.R. At Tirmizi).
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَد
Artinya, Wahai orang yang beriman, hendaklah
kamu bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah setiap diri merenungkan apa yang
telah dilakukannya untuk hari esok (hari akhiratnya) (QS.al Hasyr :
18).
Allahu
Akbar.
Sebagai penutup mari kita berdoa
bersama-sama.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ المُؤْمِنَاتِ وَ
المُسْلِمِيْنَ وَ اْلمُسْلِمَاتِ، اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ اْلأَمْوَاتِ.
رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا وِلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيـْـمَانِ
وَلاَ تَجْعَلْ فيِ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ
رَءُوْفٌ رَحِيْمٌ.
اللَّهُمَّ اصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ
أَمْرِنَا، وَ اصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتيِ فِيْهَا مَعَاشِنَا، وَ اصْلِحْ
لَنَا آخِرَتِنَا الَّتيِ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَ اجْعَلِ اْلحَيَاةَ زِيَادَةً
لَنَا فيِ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ المَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ سَرٍ،
اللهُمَّ
اجْعَلْ هذالْبَلَدَ آمِنًا مُطْمَـِئنًّا .. اللهُمَّ اغْفِرْ لَنَا سَخَآءً
رَخَآءً وعلى سَآئِرِبِلاَدِ الْمُسْلِمِـيْنَ و اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا
وكَفِّرْعَنَّا سَيِّئَآتِنَا وثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وانْصُرْنَا على الْقَوْمِ
الْكَافِرِيْنَ.
“Ya Allah Tuhan Kami, jadikanlah negeri kami negeri yang aman
damai, melimpah kesuburan tanahnya, tenteram penduduk buminya. Demikian jugalah
hendaknya negeri negeri Islam yang lainnya.”
Ya Allah, ampunilah kiranya dosa dan kelalaian kami dalam
perbuatan kami. Tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami dalam menghadapi
orang yang tidak percaya.
رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى الآخِرَةِ
حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا
إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْمِ وَ تبُ ْعَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ
التَّوَّابُ الرَّحِيْمِ
و
صلّىَ الله على سيِّدِنَا محمَّدٍ و على آله وصَحْبِهِ أجمعـينَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَ سَلاَمُ
عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ اْلحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ. وَ لَذِكْرُ اللهِ أَ ْكـبَرُ.
Assalamu’alaikum
wa rahmatullahi wa barakatuh.
[1] HR. Thabrani ini ditemui dalam al Ausath dan Abu Nu’aim dari Ibnu Sa’ad yang
dihasankan oleh Albani dalam Shahih al Jami’ ash-Shaghir.
[2] Riwayat dari Imam Bukhari ditemui didalam al
Adab dan Imam Muslim dalam al Fadhaa-il.
[3] Shahih Abu Dawud (4921), dan Imam Tirmizi
menyebutnya Hasan Shahih (1925).
[4] Muttafaq ‘alihi
dari Ibnu Umar dan Abu Hurairah, lihat Lu’Lu’ wal-Marjan (1334-1335),
Tidak ada komentar:
Posting Komentar