Jumat, 25 Desember 2009

Hijrah Bermakna Pula Menta Hidup Baru

الحَمْدُ ِللهِ غَافِرِ الذَّنـْبِ وَ قَابِلِ التَّوْبِ شَدِيْدِ العِقَابِ ذِي الطَّوْلِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ إِلَيْهِ اْلمَصِيْرُ. وَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، يُسَبِّحُ لَهُ مَا فيِ السَّموَاتِ وَ مَا فيِ الأَرْضِ، لَهُ المُلْكُ وَ لَهُ الحَمْدُ، وَ هُوَ عَلىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ، البَشِيْرُ النَّذِيْرُ، وَ السِّرَاجُ المُنِيْرُ، صَلَوَاتُ اللهِ وَ سَلاَمُهُ عَلَيْهِ، وَ عَلىَ آلِهِ وَ صَحْبِهِ الَّذِيْنَ آمَنُوْا بِهِ وَ عَزَّرُوْهُ وَ نَصَرُوْهُ وَ اتـَّبَعُوْا النُّوْرَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ اْلمُفْلِحُوْنَ. وَ رَضِيَ اللهُ عَمَّنْ دَعَا بِدَعْوَتِهِ وَ اهْتَدَى بِسُنَّتِهِ، وِ جَاهَدَ جِهَادَهُ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ،

أَمَّا بَعْدُ.

Imam Ibnu Qayyim al Jauziyah, mengungkapkan nasehat di dalam kitabnya Al Fawaid, sebagai berikut ;


“Bila enqkau berpulang ke alam baqa’ tanpa membawa bekal taqwa, Sedang engkau melihat orang-orang membawanya pada hari penghimpunan, niscaya engkau pasti menyesal karena engkau tidak seperti mereka, mereka mempunyai persiapan sedang engkau tidak memilikinya”.


“Hidup itu ibarat tidur, sedang mati seolah bangun berbaur.” Begitulah ungkapan puitis Al Hitami. Pujangga sufi kelahiran Spanyol.

Sekilas pernyataan Al Hitami ini nampak kontroversif. Sebab, analogis yang berkembang di masyarakat lebih banyak menyatakan bahwa mati itu ibarat tidur, atau tidur itu bagaikan mati.

Menurut akidah Islamiyah, hidup yang kini kita jalani bukanlah hidup yang paripurna. Kita masih akan memasuki sesi yang berikutnya,. Yakni hidup sesudah mati sebuah kehidupan yang kekal abadi di akhirat kelak.

Firman Allah SWT:
… mengapa kamu kafir kepada Allah, Padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?


Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.(Q.S. Al-Baqarah: 28-29)

Orang yang tidur terkadang memperoleh pengalaman yang unik dan menarik.


Ia senang, bergembira, berbahagia dan bangga ketika nasibnya sedang mujur. Rumah megah, harta melimpah dan fasilitas serba mewah menyelimuti.

Tetapi tatkala bernasib malang, rasanya musibah itu selalu menghadang. Di mana-mana serba tidak tenang dan tidak tenang. Resah, susah dan gelisah datang silih berganti.

Pendek kata tak ada sesuatupun yang dapat menggembirakan.

Akan tetapi itu semua adalah pengalaman orang yang tidur alias mimpi.

Bukan yang sebenarnya terjadi.

Lewat pernyataan itu Al Hitami berwasiat, bahwa apapun yang sedang kita peroleh dalam hidup ini, kita tidak boleh congkak atau sombong. apa lagi lupa daratan yang kemudian meninggalkan kerabat dan sahabat.

Sebaiknya ketika kita sedang dirundung malang, kita mesti bersabar dengan tetap harus berusaha dan tidak boleh berputus asa.

Sebenarnya rotasi kehidupan itu ibarat perputaran roda.

Ketika sedang berada dibagian atas jangan merasa lebih, begitu pula ketika berada di bawah jangan bersedih hati.

Kita semua yakin bahwa mati itu pasti akan datang, cepat atau lambat, dengan tidak membedakan status sosial, ekonomi ataupun usia.

Banyak orang kaya yang juga dihampiri malaikat Izrail dan tidak sedikit pula orang yang masih muda tiba-tiba meninggal.

Dengan kata lain bahwa kematian itu cocok untuk segala umur dan cocok untuk semua lapisan.


Firman Allah SWT:

… di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu …, Kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh …, dan jika mereka memperoleh kebaikan [Kemenangan dalam peperangan atau rezki.], mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) Hampir-hampir tidak memahami pembicaraan [Pelajaran dan nasehat-nasehat yang diberikan] sedikitpun? (Q.S An-Nisa’:78)

Karena itu kita sebagai kaum muslimin tidak seharusnya takut akan kematian.

Mengapa?

Karena kematian merupakan awal dari sebuah kebahagiaan yang telah dijanjikan oleh Allah, tentu saja buat mereka yang benar-benar beriman dan banyak melakukan kebajikan.


Akan tetapi bagi mereka yang ingkar dan tidak memiliki bekal kebajikan, mati adalah hantu yang sangat ditakuti, betapa tidak, selain harus bercerai dengan istri, berpisah dengan keluarga, dan melepaskan semua harta, berarti pula mereka mula merasakan penderitaan akibat siksaan yang berkepanjangan.

Na ‘uzubillah.

Untuk itu mari kita perhatikan tuntunan Rasulullah SAW berikut ini: “Pergunakanlah lima masa sebelum datang lima masa:

Pergunakanlah masa sehatmu sebelum datang sakitmu,

Pergunakanlah masa senggangmu sebelum datang masa sibukmu,

Pergunakanlah masa mudamu sebelum datang masa tuamu,

Pergunakanlah masa kayamu, sebelum datang masa kefakiranmu dan

Pergunakanlah masa hidupmu sebelum datang saat kematianmu”. (

HR. Al Baihaqi).



Marilah kita memulai hidup kita dengan langkah yang baru, dengan energi dan semangat yang baru.

Kita tinggalkan masa lalu yang kurang bermanfaat dengan terus berjalan dengan menelusuri lorong-lorong yang menuju kekampung akhirat.

Umur yang telah Allah anugerahkan kepada kita hendaknya dimanfaatkan dengan baik dalam rangka beramal dan beribadah, untuk mengabdi kepada Allah SWT.

Betapa pentingnya waktu sehingga Allah bersumpah deminya.

Itu maknanya bahwa waktu amat penting dan harus diperhatikan oleh manusia.

Jika tak ada waktu, tidak akan ada perjalanan umur manusia. Tidak memperhatikan waktu dan umur, akan membuat kehidupan sia-sia. Artinya, dalam melangkah dalam kehidupan yang baru yang akan kita jalani itu haruslah dengan penuh keimanan serta diisi ketaqwaan kepada Allah SWT, yang berupa amal shaleh, kebenaran dan kesabaran.

Jika umur atau perjalanan hidup tidak diisi taqwa, hidup akan hampa, tidak bermakna dan sia-sia.

Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang termulia, perlu menjaga dan menghargai umurnya dengan bertaqwa agar kemuliaan itu tetap bertahan menjadi haknya.

Jika tidak, manusia akan turun harga menjadi lebih rendah dari binatang.

Kini kita mulai memasuki tahun 1431 H dan tahun 2010 M, awal tahun yang baru.

Tahun yang lalu sudah menjadi masa yang lalu, tidak akan terbentang lagi sebagai masa depan.

Tahun-tahun selanjutnya yang ada di hadapan kita adalah tahun yang lain, dan merupakan kelanjutan dari perjalanan umur kita, dan itupun jika Allah masih memberikan jatah hidup kepada kita.

Sekilas, masuknya tahun baru berarti bertambahlah umur kita satu tahun.

Al hamdulilah. Kita patut bersyukur karena Allah telah memperpanjang umur kita.

Namun, jika kita kita menyimak kembali sya’ir Abu Nawas, pergantian tahun memiliki arti yang lain dari apa yang kita sangka bahwa ia bertambah.

Abu Nawas bersya’ir : “Umurku berkurang setiap hari.. .Sedang dosa terus bertambah... Bagaimana mungkin aku bisa memikulnya…”

Menurut sya’ir ini, memasuki tahun baru berarti sisa umur kita makin berkurang. Otomatis, maut semakin dekat. Sisa umur itulah yang masih terbentang di hadapan. dan kita tidak tahu kapan berakhir.

Sebelum umur berakhir, akal sehat yang bersandar kepada iman akan bangkit untuk semakin memacu diri dalam mengisi sisa umur dengan amal shaleh dan ketaqwaan.

Akal sehat memandu kita agar sisa umur tak sia-sia dan hidup tak boleh rugi. Semoga Allah meridhai kita, amin.

Allahu a ‘lam bishawab.




اللَّهُمَّ اصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَ اصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتيِ فِيْهَا مَعَاشِنَا، وَ اصْلِحْ لَنَا آخِرَتِنَا الَّتيِ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَ اجْعَلِ اْلحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فيِ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ المَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ سَرٍ، اللَّهُمَّ اجْعَلْ يَوْمَنَا خَيْرًا ِمنْ أَمْسِنَا، وَ اجْعَلْ غَدَنَا خَيْرًا ِمْن يَوْمِنَا، وَ احْسِنْ عَاقِبَتَنَا فيِ الأُمُوْرِ كُلِّهَا، وَ أَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَ عَذَابِ الآخِرَةِ،

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ اْلعَفْوَ وَ العَافِيَةَ فيِ دِيْنِنَا وَ دُنْيَاناَ وَ أَهْلِيْنَا وَ أَمْوَالِنَا، رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْمِ وَ تبُ ْعَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمِ.

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَ سَلاَمُ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ اْلحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.